Cerita Anak oleh Widyasih DP
Suatu pagi yang cerah seekor anak Lebah, bernama Lilo, sedang sendirian di atas
dahan. Dia terbang kesana kemari mencari bunga untuk diambil nektarnya.
Namun hanya hamparan kebun sayur wortel yang dia lihat. Lilo tampak murung.
Sejak pagi buta hingga matahari telah bergulir meninggalkan ufuknya, belum juga
mendapatkan nektar untuk membuat madu.
“Hu hu hu..” tangis Lebah.
Kiki, seekor kelinci yang tinggal tak jauh dari situ mendengar tangisan Lilo. Lalu
Kiki mencari-cari dimana sumber suara tangisan tersebut. Setelah menemukan,
Kiki si kelinci terkejut.
“Hai Lebah, siapa namamu? Mengapa kamu menangis?” tanya Kiki penuh iba.
“Hallo Kelinci, salam kenal, namaku Lilo, kamu siapa? Jawab Lilo.
“Lilo? Sepertinya tidak asing nama itu.” gumam Kiki.
“Apakah kamu pernah mencari nektar disini sebelumnya, Lilo?” tanya Kiki.
“Pernah musim semi sebelumnya aku dan teman-temanku mencari nektar disini,
dulu disini banyak tanaman bunga yang sangat rimbun, dan kami mengambil
banyak nektar. Oleh karena itu aku kesini lagi, berharap akan ada banyak bunga
dan nektar disini.” papar Lilo.
“Hehe, salam kenal juga Lilo, maaf ku tidak memperkenalkan diri dulu tadi,
perkenalkan, aku Kiki, tinggalku di sekitar sini.” sahut Kiki sambil tersenyum.
Dalam hati Kiki, ia teringat akan cerita ibunya bahwa dulu pernah ada
sekumpulan lebah yang melewati daerah tempat tinggalnya untuk mencari bunga
untuk diambil nektarnya. Kebetulan disebelah perkebunan bunga ada kebun
sayuran wortel tapi gersang. Namun setelah beberapa hari dari kedatangan lebah
lebah itu, kebun sayur wortel menjadi rimbun. Rupanya sekumpulan lebah itu
membawa benang sari bunga pada wortel dari wilayah sebelum mereka singgah
disini.
“Wah Lilo, atas bantuanmu dan teman temanmu dulu, kebun sayur wortelku
menjadi berbuah dengan lebat, bahkan wortelnya besar dan manis, sehingga kami
bisa makan dengan puas. Selain itu aku bisa menyimpan hasil panennya hingga
musim berikutnya” papar Kiki dengan penuh haru.
“Oh iya? Benarkah? Saat itu tujuan kami mencari nektar ternyata juga membantu
penyerbukan yaa sehingga tanaman cepat berbuah. Aku ikut senang
mendengarnya, Kiki.” sahut Lilo tapi masih dengan sedikit wajah sedih.
“Kalau begitu mengapa kamu bersedih Lilo?” tambah Kiki.
“Aku sedih, aku belum menemukan nektar untuk membuat madu.” sahut Lilo
sambil sesenggukan menangis.
“Oh begitu, adakah yang bisa ku bantu agar kamu senang?” Kiki si kelinci
bertanya pada Lebah.
“Benarkah? Kamu mau menolongku? Aku ingin dibantu dalam mencari
perkebunan bunga supaya aku dapat mengambil nektar dari bunga untuk
kujadikan madu.” jawab Lilo dengan bersemangat.
“Oh begitu, sebentar aku ingat-ingat dulu apakah ada perkebunan bunga disekitar
sini.” sahut Kiki si kelinci.
Beberapa menit kemudian lebah terkejut dengan teriakan Kiki.
“Ahaaaaaa… aku ingat, tak jauh dari sini ada perkebunan bunga. Kita harus
melewati sungai lalu berjalan sedikit dan akan kita temukan perkebunan bunga
tepatnya di dekat air terjun.”
“Horeee,,, kita bisa kesana sekarang ? kamu mau mengantarku?”tanya Lilo.
“Sebagai balas budi atas kebaikanmu dulu, aku akan mengantarmu kesana, Lilo.”
papar Kiki
“Terima kasih sebelumnya Kiki, kalau begitu, mari kita berangkat sekarang!” seru
Lilo
Akhirnya mereka berdua memulai perjalanan mencari kebun bunga. Beberapa
menit telah mereka lalui melewati hamparan sawah yang luas. Saat ditengah
hamparan tersebut mereka mendengar suara meminta tolong.
“Tolong, tolong…..!” suara meronta terdengar oleh Lilo dan Kiki.
“Kiki, apakah engkau mendengar suara seseorang meminta tolong?”tanya Lilo
pada Kiki sambil tetap memasang telinga mencari sumber suara berada.
“Iya Lilo, aku juga mendengarnya. Mari kita cari darimana suara itu berasal!”
jawab Kiki penuh antusias.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka menemukan sumber suara permintaan
tolong itu berada. Rupanya seekor ular dengan lilitan jaring berada di hadapan
mereka. Serta merta Lilo dan Kiki menghampirinya dengan waspada.
“Hei Ular, mengapa kamu bisa terperangkap jaring-jaring?” Kiki dengan tak sabar
ingin mengetahui apa yang terjadi. Disebelahnya Lilo memperhatikan sang Ular
dengan iba.
“hu..hu..huu.. aku terkena jebakan seseorang. Aku hanya ingin melewati daerah
sini, sebelumnya aku tak melihat ada apa-apa. Ternyata ada seseorang menaruh
perangkap disini.” sahut Ular dengan menangis.
“Oh rupanya begitu, mari kita bantu Ular ini, Lilo. Sebelum sesorang yang
memasang perangkap dating.” ujar Kiki pada Lilo.
“Kalau begitu, aku akan mengawasi dari atas, jika ada yang datang, akan kuberi
tahu. Sedangkan kamu bisa melepas jaring-jaringnya menggunakan gigimu, Kiki.”
saran Lilo
“Wah, aku setuju, cerdas idemu, Lilo.” jawab Kiki dengan senyum merekah.
Setelah beberapa saat, jaring-jaring sudah terlepas, si Ular terbebas dengan lega.
“Terima kasih atas pertolongan kalian, aku tidak bisa membalas dengan sesuatu
yang berharga, aku tidak memiliki apa-apa.” ujar si Ular.
“Tidak apa-apa wahai Ular, bagi kami, yang penting kamu selamat. Oh iya,
ngomong-ngomong siapa namamu, sampai lupa kita belum berkenalan. Aku Lilo,
sedangkan ini temanku, Kiki.” kata Lilo sambil menunjuk Kiki.
“Kalian bisa memanggilku Neki. Salam kenal. Kalian sedang ada rencana apa
hingga sampai sini?” sahut Neki si Ular yang tampak bahagia.
“Kami hendak ke seberang sungai, disana ada perkebunan bunga, Lilo
memerlukan nektar dari bunga tersebut untuk membuat madu. Aku hendak
mengantarkannya karena yang mengetahui tempatnya aku, dan sebagai tanda
terima kasihku karena dulu pernah dibantu oleh Lilo.” jawab Kiki sambil
melempar pandangan ke Lilo.
“Oh begitu, kalau begitu bolehkah aku membantu kalian untuk menyeberangi
sungai? Aku khawatir kalian akan kesulitan melewatinya sendiri.” kata Neki
menawarkan bantuan pada Lilo dan Kiki.
“Alangkah baiknya kamu, Neki. Jika kamu tidak keberatan, kami tidak akan
menolak bantuan yang kamu tawarkan pada kami.” sahut Lilo dengan senyuman
di wajahnya.
Tidak mengulur waktu lagi, kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalanan
menuju perkebunan bunga. Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh aliran air
pertanda sungai sudah dekat membuat mereka semakin bersemangat.
“Lihat, itu sungainya, kita bisa melaluinya, semoga arusnya tidak begitu deras.”
tutur Kiki.
Setelah beberapa langkah, mereka bertiga sampai di pinggir sungai. Bergegas
Neki memposisikan diri di pinggiran sungai.
“Iya, ayo teman-teman kalian bersiap naik punggungku ya, pegangan yang erat.”
pinta Neki pada Lilo dan Kiki.
“Baiklah, Neki!” seru Lilo dan Kiki.
Sejurus kemudian mereka sudah berada ditengah sungai. Saat hampir tiba
diseberang, arus agak deras, hampir saja Neki kesulitan melaluinya. Namun
dengan kesigapannya, ia dapat mengatasi kesulitan itu dan mereka berhasil sampai
seberang sungai dengan selamat.
“Teman-teman, kita sudah sampai, tugasku sudah selesai. Semoga kalian selamat
sampai menemukan kebun bunga ya. Aku pamit undur diri. Semoga kita bisa
bertemu lagi dilain hari.” tutur
Neki bahagia tapi juga sedih karena harus berpisah
dengan teman barunya.
“Neki, aku sangat bertima kasih kepadamu, karena pertolonganmu, kami bisa
sampai sini.” balas Lilo
Lalu suasana mengharu biru, mereka berpisah sambil melambaikan tangan.
“Ayo, kita lanjutkan perjalanan, sudah dekat dari sini, Lilo.” kata Kiki.
“Yuk, aku sudah mencium aroma nektar.” sahut Lilo.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan semangat. Sudah terdengar suara
gemericik air terjun menandakan kebun bunga sudah semakin dekat. Sejurus
kemudian mereka terpesona dengan hamparan ciptaan Tuhan yang sangat indah.
Air terjun yang mengalir dengan deras dikelilingi oleh hamparan kebun bunga
warna warni memanjakan mata.
“Lilo, akhirnya kita sudah sampai, ayo, lekas ambil nektar yang kau butuhkan.”
papar Kiki sambil menyenggol Lilo yang masih terbengong takjub melihat
pemandangan di depan matanya.
“Ini surga, mari mendekat, mari merapat kesana, Kiki. Terima kasih sudah
membawaku kemari. Setelah ini akan ku kabarkan kepada teman-teman ku agar
mereka bisa mengambil nektar disini.” ujar Lilo.
“Sama-sama, Lilo, aku merasa lega bisa membantumu. Lunas sudah tugasku
mengantarkanmu.” kata Kiki.
Lalu mereka menikmati keindahan disana dengan gembira. Lilo dengan sayapnya
terbang kesana-kemari, dari bunga satu ke bungga yang lainnya, mengumpulkan
nektar-nektar yang akan dibawanya. Kiki sambil duduk memperhatikan apa yang
dilakukan Lilo. Kiki ikut senang melihatnya dan merasa lega sudah bisa budi baik
Lilo tahun lalu.